Revisit : Float. "No-Dream Land/Self Titled" 2005
Hari ini saya mendengarkan kembali tiga lagu tersebut. Apa yang saya rasakan masih mirip-mirip dengan yang saya tulis di tahun 2005.
CD ini memiliki angka tahun 2004, namun baru mulai didistribusikan di awal tahun 2005. Saya sendiri mendapatkannya lewat adik dari Meng yang kebetulan senior saya di kampus. Saat itu selama beberapa saat saya mendengarkannya dengan intens dan kadang saya menyenandungkan “…dan lalu…” penggalan lirik yang membuka lagu “Pulang” sampai sekarang juga kadang tanpa sadar saya senandungkan. Termasuk bagian da-ra-da-da-da di Stupido Ritmo.
Hari ini saya khusus mendengarkan kembali lagu Pulang, No-Dream Land dan Stupido Ritme di EP ini. Perasaan saya masih mirip dengan review tahun 2005 ini dan menurut saya ketiga lagu tersebut masih memperdengarkan mojonya sampai sekarang, 20 tahun kemudian. Walau di kemudian hari Float memiliki beberapa lagu yang sangat populer di kalangan fans seperti “Sementara”, tapi tiga lagu ini tetap favorit. Mungkin kalau dulu saya kasih nilai 6.9, tahun ini saya ralat jadi 8 atau 9.
Secara personal saya lebih memilih versi Stupido Ritmo dan No-Dream Land di EP ini dibanding versi-versi setelahnya, terasa lebih eklektik dan karakter kuat sebagai trio (saat itu). Namun untuk single Pulang, versi Live at Bungbuay ternyata menarik dengan tambahan suara nyanyi bareng fans mereka di Bungbuay.
Saya juga senang karena Meng berhasil melewati berbagai rintangan dan saat ini Float menjadi besar dan tetap menjadi band yang bersahaja dengan musik yang jujur. Tidak heran kalau penggemar mereka selalu bertambah dan setia.
Semoga Float bisa terus konsisten berkarya dan merilis karya baru lagi.
Float
s/t
Self release
6.9
3 lagu perkenalan oleh Ronny Hotma Simamora- orang di belakang Float-
lagu pertama akan langsung membawa kita suasana jaman perang revolusi, disebuah klab jazz underground, sebuah band dengan bas betot, topi pet, vest, bermain sebuah lagu berisikan semangat. Tipe tipe lagu yang bisa dibayangkan diputar dengan gramophon
Setting berubah ke pedesaan di suatu sudut peta pulau Jawa, dengan latar sawah sawah, Jazz dengan Sentuhan lagu keroncong dan backing vokal perempuan. Lagu dengan karakter yang bagus, terutama jika kamu memang suka dengan sesuatu yang berbau etnik dan santai.
Lagu ketiga salah satu bentuk paling dasar dari usaha pengindentifikasian Dave Matthews. Terutama di vokal nya, dari segi instrument cenderung lebih poppie daripada Dave. Soul dan groove dari lagu lagu Dave Matthews circa sebelum 2000 tidak berhasil muncul disini. Membuyarkan karakter Float yang terbangun di dua lagu pertama.
Well done dua dari tiga lagu tidak cukup untuk menggambarkan sebuah band secara keseluruhan. Tetapi dua lagu tersebut dapat menjadi semacam langkah awal untuk ke arah mana Float beranjak. Apakah untuk mengeksplorasi sound untuk lebih ke Amerika? Atau mau menjelajahi cengkok musik etnik dengan sentuhan jazz? Asalkan tidak maksa, tidak perlu original tetapi soulful maka Float akan memiliki masa depan cerah.
May 2005