Review: Mati Bersemi - Eleanor Whisper
Menurut saya, album ini sangat solid dalam berbagai aspek. Teknik, aransemen, permainan drum Arief yang penuh detail, dan harmonisasi vokal Ferri dan Denissa yang menurut saya akan memanjakan telinga
Eleanor Whisper dibentuk di kota Medan pada tahun 2015 dengan nama Bittersweet. Mereka kemudian resmi menggunakan nama Eleanor Whisper sejak tahun 2018. Di tahun 2018 album perdana “What’s Past is Prologue” juga dirilis di tanggal 7 September.
"Kami merasa sudah tidak tahu lagi mau ngapain di Medan setelah pulang tur album 2018 (Bali - Jakarta), lalu punya niat sederhana yaitu ingin ngeband di Jakarta. Kami belum memikirkan apa yang akan didapatkan di Jakarta saat itu. Karena kalau kami tidak pindah dari Medan di tahun itu, mungkin band ini sekarang sudah tidak ada,"
jawab mereka saat ditanya mengenai kepindahan dari Medan ke Jakarta.
Beberapa bulan setelah perilisan album, Ferri (vokal/gitar) pindah ke Jakarta di tahun 2019. Akhirnya karena mereka ingin melanjutkan band ini dengan lebih serius, Arief (drum) juga pindah ke Jakarta untuk bekerja. Sejak 2023 mereka akhirnya melanjutkan band ini sambil ngantor.
Tekad mereka tidak main-main dalam berkarya, terbukti dengan rilisnya album kedua yang menurut saya sangat solid. Sebuah karya yang brilian di genre indie-rock/dream pop/shoegaze.
Album penuh kedua ini dirilis pada tanggal 3 Mei 2024. Album ini berisikan delapan lagu, empat lagu sudah dirilis sebelumnya: “Superficial”, “Lalu Biru”, “Pour Moi”, dan “Diujung Malam”, ditambah empat lagu lainnya yaitu “Labirin”, “Hidup Mati dan Terluka”, “Eureka”, dan “Mati Bersemi”.
Album ini terasa berbeda dengan album pertama, terutama karena nuansa mengawang-ngawang a’la dream pop yang terbentuk dari harmonisasi vokal Denissa dan Ferry. Sebagai penulis seluruh lagu dan lirik di album ini, Ferry mengakui kalau Eleanor Whisper banyak terpengaruh dari band-band dream pop bervokalis perempuan. Beach House dan Slowdive adalah salah dua yang berpengaruh dalam proses kreatif di album “Mati Bersemi” ini.
Alasan terakhir langkah penambahan porsi vokal perempuan ini bisa dikatakan sebagai proses pendewasaan Eleanor Whisper dalam menemukan kenyamanan dalam proses pembuatan musik/lagu mereka. - Eleanor Whisper.
Alasan ‘pendewasaan’ itu terasa dalam musik dan lirik yang dibawakan di album kedua ini. Jika di album sebelumnya mereka terdengar seperti frustasi dan marah-marah, maka di album ini terasa sekali pola setiap lagu menjadi lebih penuh detail dan kelokan yang menarik. Dalam 5 fase berduka, album pertama adalah fase kemarahan dan frustasi, maka menurut saya album kedua ini adalah fase menuju penerimaan dan keikhlasan.
Ikhlas bahwa hidup itu memang pilu dan penuh luka.
Hidup, mati dan terluka
Kau terluka
Hampa hidupmu bukan salahmu
Percayakan pada sisa waktu
Patah hati dan terluka
Kau terluka …
Penggalan lirik dari track favorit saya “Hidup, Mati dan Terluka”, track nomor tiga di album ini. Saya menangkap bahwa lagu ini menyiratkan hidup akan lebih indah jika kita menerima bahwa hidup ini memang penuh duka dan memilih untuk berbagi cahaya.
Sementara jika dibaca lebih lanjut, lagu-lagu di album ini banyak menyebut kata malam dan cahaya. Tampaknya band ini sering begadang dan menemukan inspirasi yang bermuara dari kegelisahan dalam menghadapi kematian dan cara hidup. Salah satu rasa yang seringkali dihindari, tetapi mereka dengan luwes menangkap rasa tersebut dan membahasakannya dengan puitis.
Secara musik, seperti yang sudah diakui sebelumnya, album kedua ini memang terasa banyak pengaruh dari band-band deam pop yang lebih dulu ada. Terutama di harmonisasi vokal pria dan perempuan di setiap lagu dan progresi lagu yang kadang santai lalu megah di bait berikutnya.
Menurut saya, album ini sangat solid dalam berbagai aspek. Teknik, aransemen, permainan drum Arief yang penuh detail, dan harmonisasi vokal Ferri dan Denissa yang menurut saya akan memanjakan telinga dan hati pecinta musik-musik dream pop.
Penampilan live mereka juga sangat solid. Besar harapan mereka akan menjadi lebih besar di kemudian hari.
Eleanor Whisper beranggotakan Ferri (vokal, gitar), Arief (drum), dan Denissa (kibor, vokal).
Deathrockstar adalah media independen yang pelan tapi pasti mendokumentasikan dan merekomendasikan musik independen asoi dari Indonesia sejak tahun 2002.
Dukung kami dengan
Saweria
https://saweria.co/deathrockstar
Merch resmi:
Https://tokopedia.com/thespacewanderer
Merch dan Thrift Store (Musik, Buku, Merch & Toys)
Shopee Deathrockstar (Deathrockstar)
Selain itu kamu juga bisa Subscribe Newsletter ini dan bantu menyebarkan musik lebih luas.
Terima kasih.