Revisit the Osaka Journals dari Sajama Cut
The Osaka Journals adalah album “pertama” tapi “kedua” Sajama Cut.
The Osaka Journals adalah album “pertama” tapi “kedua” Sajama Cut. Pertama karena sebagian mengenal Sajama Cut karena musik indie-rock nan melodious yang masih menjadi karakter Sajama Cut sampai sekarang. Walau sebenarnya album ini adalah rilisan kedua yang menggunakan nama Sajama Cut, setelah Apologia yang padat distorsi dan lirik menderita menyayat jiwa.
Album Apologia saat itu memang tidak banyak terdistribusi, sehingga album Apologia tidak terlalu populer dan sedikit terlupakan sampai dirilis ulang di tahun 2017.
Itulah mengapa The Osaka Journals kemudian dianggap sebagai album perdana, terutama karena benang merah sensibilitas album ini ke album-album berikutnya. Maka album Apologia dapat kita sebut sebagai pre-Sajama Cut karena sebagian besar penggemar mereka saat ini mulai mengikuti Sajama Cut sejak Less Afraid, Fallen Japanese dan Alibi dari album The Osaka Journal.
Album The Osaka Journals ini rilis di tahun 2004, akan tetapi kisahnya bisa ditarik mundur sampai pertengahan tahun 1996. Dua tahun sebelum runtuhnya orde baru episode I dan saya masih berseragam putih biru di sebuah sekolah di kawasan yang sejuk di Jakarta Timur.
Saat itu tahun ajaran baru saja dimulai, saya baru saja naik ke kelas 2 SMP dan sedang senang musik-musik yang disajikan oleh MTV termasuk Nirvana walaupun Kurt Cobain meninggal kira-kira setahun sebelumnya. Saat istirahat siang, saya mendengar kalau ada anak baru di kelas sebelah. Teman saya bilang kalau anak baru ini bisa ngeband dan suka Nirvana. Karena saat itu tidak banyak teman yang juga suka Nirvana di sekolah ini, maka saya menghampiri kelas tersebut dan berkenalan dengan Marcel Thee yang merupakan murid pindahan dari sekolah di Belanda.
Singkat cerita, saya akhirnya berkenalan dengan Marcel Thee dan sering main ke rumahnya menghabiskan waktu mendengarkan koleksi CD dan membaca majalah dan komik koleksinya. Tidak lama kemudian ia membentuk band dengan teman sekolah kami yang lain; Beta Wicaksono. Juga turut serta Aldy Waani dan Noviar Akbar, keduanya adalah teman Marcel Thee sejak kecil yang tinggal tidak jauh dari rumahnya saat itu.
Pada awalnya Marcel, Beta, Aldy dan Opi menggunakan nama Idiotic dan merekam beberapa demo live. Musiknya masih standar alternatif a’la anak-anak komplek.
Saya teringat menduplikasi kaset-kaset Idiotic menggunakan compo di rumah untuk dibagikan ke teman-teman. Nama ini tidak bertahan lama karena mereka mulai berpikir kalau nama itu jelek dan butuh nama yang lebih representatif.
Band ini kemudian menggunakan nama Roswell, sebuah gurun pasir tempat diduga jatuhnya UFO. Lagu Roswell sendiri pernah masuk tangga nada indie di radio Ardan, Bandung. Dikarenakan mereka tidak bisa mendengarkan radio ini secara langsung, ada satu waktu akhirnya saya menelpon mereka saat lagunya mengudara. Ada rasa bangga di tahun itu mendengarkan ada lagu band yang saya kenal personilnya dari SMP diputar di radio yang jadi panutan di Bandung.
Lagu-lagu di Roswell saat itu lebih sederhana dengan kover kaset menggunakan gambar hasil unduh di internet. Musiknya mungkin bisa disebut punk grunge, dengan lagu-lagu berjudul konyol seperti Muka Katro Abadi dan Jambu Klutuk. Lagu Terdampar dan Mari Bunuh Diri kemudian direkam ulang untuk album Apologia.
Rilisan ini direkam di sebuah studio rumahan di daerah Kampung Ambon, Jakarta Timur oleh mendiang Mas Subuh.
Kalau dirilis saat ini, mungkin sudah disingkirkan dan jadi bulan-bulanan penulis review. Tetapi secara personal, kalau mendengarkan ulang rekaman tersebut, akan datang rasa hangat mengingat masa-masa sekolah.
Nama Roswell diganti karena kita menemukan beberapa band menggunakan nama ini. Kemudian untuk menghindari nama-nama pasaran, Marcel Thee dan teman-teman SMU bereksperimen membuat nama tanpa makna & ditemukanlah Sajama Cut. Asal-usul nama ini jarang disebut secara konsisten, kadang disebut sebagai nama teknik membunuh, kadang disebut sebagai nama gunung di Bolivia, kadang disangkutkan dengan kasus Sayama di Jepang, namun saya akhirnya sering bercanda kalau Sajama Cut itu permainan kata dari Saya Januar Marcel Cute.
Kemudian mungkin keracunan Tool, Cradle of Filth, atau Burzum; Sajama Cut merilis Apologia yang penuh distorsi dan progresi yang rumit. Distorsi keras tapi vokal Marcel Thee tidak se-macho band-band yang disebut di atas, cenderung seperti Billy Corgan, ditambah lirik-lirik bertema kematian dan judul yang terlalu literal “Mari Bunuh Diri” membuat album semakin terasa depresif.
Personel di masa itu adalah Marcel Thee, Beta Wicaksono, Noviar Akbar dan Eka Soed.
Album tersebut direkam di Laki Studio dan dirilis dalam format kaset, diperbanyak di Tropic. Sebuah tempat legendaris di Bandung, untuk menduplikasi rilisan kaset. Covernya menggunakan gambar lukisan yang ditemukan di halaman editorial sebuah majalan bahasa Inggris. Cover ini kemudian diperbaharui di rilis ulang album Apologia tahun 2017 oleh Kebun Suara.
Album ini sempat juga direview di majalah Trax oleh Arian Arifin dan lagu Momentum di Mana Ku Terluka mengudara di radio Prambors Jakarta. Sempat juga diinterview oleh Wasted Rockers untuk zine fotokopian mereka.
Interviewnya dilakukan via mirc, kita berkenalan lewat channel #distorsi yang dikelola Donny Sakul dan Agung Pramana. Channel ini sempat merilis sebuah kompilasi berjudul Mesin Distorsi berisikan band-band yang sering muncul di channel tersebut, Sajama Cut adalah salah satunya.
Saya dan Marcel akhirnya bikin channel #postrock dan membahas musik-musik dari Godspeed You Black Emperor sampai Sonic Youth sambil sesekali bahas band-band indie-rock saat itu.
Rilisan ini bisa dibilang mendapat status ‘cult’ bagi beberapa teman-teman komunitas grunge. Beberapa band sempat membawakan lagu ini di panggung, salah satunya adalah mendiang teman kami alm. Wayang. Karena selain di Mesin Distorsi, lagu-lagu di album ini juga sempat masuk di kompilasi Grungee Jumping yang dikelola Yoyon “Klepto Opera”, Crackin d’Egg, dan Total Feedback untuk menyebut beberapa. Yang mana kompilasi-kompilasi tersebut dibuat oleh figur-figur dari komunitas grunge.
Namun promosi lainnya tidak terlalu berjalan karena Marcel melanjutkan sekolah di Australia dan kasetnya hanya dicetak sedikit sehingga perlahan terlupakan.
Saat mendengarkannya kembali di tahun 2024 ini, saya mulai berpikir ini apa yang bikin ia begitu menderita ya? Siapa yang menyakitinya?
Sajama Cut vakum sebentar setelah album ini rilis, karena Marcel melanjutkan sekolah ke Australia. Di sana ia sempat membuat video klip untuk lagu ‘Terdampar’, sebuah musik yang ringan a’la indie pop di tengah-tengah gempuran distorsi di album Apologia.
Ia kemudian mulai menulis lagu-lagu baru yang lebih melodius sampai pada suatu waktu memutuskan berhenti sekolah karena ingin kembali ke Indonesia untuk bermusik.
Yang paling berkesan adalah semua memori tentang proses penulisan lagunya dan awal gue bawa lagu-lagu ini ke Beta dan Opi. Setelah Apologia yang diisi lagu berbahasa Indonesia yang panjang-panjang, gue mau membuat materi yang 180 derajat berbeda: lagu bahasa Inggris yang pendek-pendek.
Kita sering sekali nongkrong dan latihan di rumah Beta, sebelum akhirnya masuk studio "beneran" untuk rekaman versi demo dan akhirnya versi asli lagu-lagu ini. Semuanya masih sederhana dan baru rasanya - Melalui pengalaman-pengalaman ini semua dengan teman-teman masa kecil.
•
Marcel Thee saat bernostalgia mengenai momen penulisan The Osaka Journals.
Iman Fattah (Zeke & The Popo) & Renny Hasibuan bergabung dan sempat ikut merekam beberapa lagu di album Osaka Journal. Formasi ini sempat manggung beberapa kali sekitar tahun 2004 termasuk pada event Rock Circus di Bandung.
Single Fallen Japanese juga sempat masuk ke kaset sampler dari Ripple Magazine edisi #18.
Dengan formasi Iman Fattah, Renny Hasibuan, Beta Wicaksono, Aldy Waani & Marcel Thee. Noviar Akbar (Opi) kemudian berperan sebagai manajer. Formasi ini terekam di video klip Less Afraid (2004) single yang membawa nama Sajama Cut ke radar pecinta musik yang lebih luas, karena menjadi salah satu track kunci di soundtrack film Janji Joni. Tidak lama kemudian mereka menandatangani kontrak dengan Universal Music Indonesia untuk merilis The Osaka Journals.
Namun sayangnya, setelah album siap rilis, Iman Fattah memutuskan keluar untuk fokus ke proyeknya yang lain. Sehingga tidak muncul di video klip Fallen Japanese. Tidak lama kemudian Renny & Beta juga terpaksa keluar dari band untuk keperluan pribadi. Setelah itu, Sajama Cut jadi beranggotakan Mario Irwinsyah, Andry Ruay, Budi Marchukunda, Aldy Waani & Marcel Thee. Formasi yang tidak bertahan lama ini muncul di video klip Alibi.
Marcel Thee kemudian melanjutkan kuliah di LSPR. Di kampus ini ia bertemu dengan orang-orang yang akan menjadi Sajama Cut di tiga album berikutnya. Dion Panlima Reza, Banu Satrio, Randy Apriza dan Hans Patria adalah formasi solid Sajama Cut yang bertahan 10 tahun sampai Godsigma rilis di tahun 2020 dan Sajama Cut memasuki era baru dengan album berbahasa Indonesia dengan formasi baru juga.
Tahun 2024 ini menandakan 20 tahun Osaka Journal dirilis, relevansi album ini bisa dibilang masih segar.
Gue masih inget gue dengerin itu pas masih SMP bareng teman. Waktu itu gue lupa persisnya, entah kaset atau di komputer ya, dia muter Fallen Japanese. Ini nih Sajama Cut. Oiya ya, keren. Gitu aja kesan pertamanya. Karna gue udah tau Sajama Cut dari film Janji Joni.
Abis itu gue penasaran denger satu album dan Alibi nancep banget. Setelah itu jatuh cinta lah gue sama album itu. Sekarang gue kalo dengerin, gue gak ngerasa basi
Gue gak tau ya kenapa. Biasanya album yang kita dengerin pas remaja, emang nancep, tapi gue ngerasa ah secara tema udah gak relevan nih. Guenya sudah beranjak dewasa. Tapi dengerin the Osaka Journals gue masih fine-fine aja.
Pas mereka manggung bawain Fallen Japanese misalnya, ada perasaan: lagu udah lama banget nih. Tp gak basi kok.
Tanpa bermaksud bikin Marcel kepedean, tapi harus gue akuin dia visioner
Kayaknya lagu-lagu SC bukan lagu yg gampang dilupakan deh
Rio Je Werry, seorang fans bercerita mengenai pengalamannya dengan the Osaka Journals.
Berbicara mengenai mendengar kembali, Marcel Thee berkata:
Secara intelektual, gue merasa "Ah parts ini harusnya begini, gitar atau bass ini bisa gini harusnya". Standar opini musisi kalau mendengar karya-karya awalnya. Tapi secara emosional, gue puas dan senang dengan simple-nya lagu-lagu itu, dan gue tau ada kenaifan disana yang gak mungkin bisa diulang.
Dan gue tau kenaifan dan kesederhanaan itu yang buat banyak orang di era dulu dan sekarang merasa connect dengan lagu-lagu itu. Pure.
Bagaimana dengan dirimu? Apa perasaan saat mendengarkan kembali album The Osaka Journals?
Di tahun 2004, sebuah interview dan review sempat dipublish di Deathrockstar. Interview dengan tanggal post 04 Juni 2004 itu saya copy paste ke sini tanpa diedit lagi. Scroll ke bawah untuk membaca review The Osaka Journals yang dipost pada 9 Oktober 2005 di Deathrockstar.
Sebagai salah satu band yang album keduanya merupakan salah satu dalam list ?anticipated albums? kita, Sajama Cut mungkin adalah satu-satunya band yang merubah sound mereka begitu drastik?, dari musik noiserock eksperimental, menjadi?well, apa sih musik mereka sekarang? Dalam wawancara eksklusif dengan DRS, kami berhsil mengungkap detail-detail kecil tentang lagu-lagu baru mereka yang kabarnya akan dirilis dalam bentuk album, dengan release date, menurut vokalis mereka;
Marcel: Kalau Indonesia punya musim salju, kita akan rilis saat itu?. Uhh..ok, sure. Interview dilakukan di studio DGS, Bintaro, dimana Sajama Cut sedang melakukan last minute cleaning up untuk ke-10 lagu baru mereka. Interview oleh Robert Marcus dan transcript oleh Nita.
Apa kabar Sajama Cut?
Baik-baik aja. Trims.
Gimana rasanya menjadi salah satu band yang namanya tercantum di list Most anticipated albums kita?
Marcel : Senang lah. Tau kalo materi baru kita ada yang ngantisipasi, jadi dorongan semangat yang bagus buat mastiin kalo kita benar-benar ngerilis album yang bagus. Tapi yah, udah lumayan lama juga album kita yang terakhir dirilis, dan perspektif kita sama musik sendiri juga udah berubah, kadang ada sedikit ketakutan yang muncul, yang gue yakin terjadi pada semua band, kalau audiens apapun yang kita sudah dapat mungkin akan teralienasi sama lagu-lagu baru ini. Tapi gue begitu percaya pada kekuatan biasa yang dimiliki lagu tanpa unsur Novelty, kalo lagu dengan melodi yang kuat udah cukup. Gue harap materi ini menunjukan hal itu tentang Sajama Cut, bahwa tanpa sepuluh sample bokep jepang di satu lagu, kita tetap dapat, uhh, ngebuat lagu yang enjoyable.
Tapi lo pernah ngerasa, shit, mungkin kita berubahnya terlalu drastis!?
Marcel: Mungkin sedetik dua detik pernah. Tapi begitu lo masuk studio dan ngedengerin hasilnya, semua perasaan gak yakin hilang sih. Maksud gue, kalau ada band yang masuk ke studio dengan setengah hati tentang materi yang mereka buat, yah mending gak usah masuk sama sekali! Dan kita juga begitu lama menyiapkan pre-production untuk lagu-lagu ini, sampai gue gak inget lagi kapan kita mulai?.(bertanya ke Yosi, enginner & soundman SC) kapan sih kita mulai rekamannya? Maret taon lalu?
Yosi: Januari taon lalu.
Marcel : 2003! Gila, berapa lagu yang kita filter, kita buang, dan lagu-lagu ini yang tetap kita suka?tetep bertahan?sampai sekarang. Kita masuk ke produksi dengan begitu terencana, hari senin ini, hari selasa ini, blabla. Kadang lari dari jadwal. Tapi pada akhirnya, ini semua lagu-lagu yang udah siap untuk diperdengarkan ke orang.
Emang rencana rilisnya kapan? Lo udah ada ide bakal dirilis sama siapa?
Marcel : Gak tau juga. Januari 2005 mungkin? Ada sekitar 2 label yang udah approach kita tentang ngerilis album ini, tapi terus terang kita sendiri belum berpikir sejauh itu. Kapanpun kita selesai, hari berikutnya baru gue mikirin gimana cara ngerilisnya bener-bener. Tapi untuk sekarang, ada enaknya juga kita bisa kerja tanpa timeframe.
Dari lagu-lagu yang udah gue denger, kayaknya memang lagu-lagu lo yang baru kedengaran jauh lebih natural buat Sajama Cut.
Marcel : Gue setuju. Dan siapa pun yang kenal dekat dengan kita juga pasti setuju. Sebangganya gue sama kerja kita di Apologia dulu, album itu lebih tentang berusaha sampai ke tempat yang gak bisa dicapai?dan lagu-lagunya?, dan kualitas rekamannya! Ngentot! (ketawa). Siapa yang waktu itu ngereview Apologia di deathrock?
Indra kalo gak salah, kan lo suruh gue tapi gue gak bisa waktu itu.
Marcel : Ooo, ok. Anyway, secara lirik juga ada banyak unsur desperation di Apologia yang meskipun bukan eksternal, tapi gak se-internal lagu-lagu disini. Gue tulis materi-materi baru ini, tanpa prekonsisi tentang apa yang bakal keluar?kebalik 180 derajat dengan apa yang gue coba di Apologia, dimana semuanya udah gue rencanain dari awal.
Gak seperti materi-materi baru lo?
Marcel : Iya. Simplicity-nya adalah sesuatu yang selalu ada di kita, tapi baru sekarang kita bisa tunjukin semaksimal ini. Banyak lagu yang kedengerannya minimalis, tapi itu karena grasp kita tentang aransemen yang, yah?mudahan lebih bagus. Dimana dentingan piano, atau moog, atau Hammond bisa kasih nuansa tapi gak ngambil alih fokus lagi. Kapan musti tarik instrument tertentu, biar yang lain bisa napas. Hal-hal gitu.
Ada yang bilang materi baru lo lebih minimalis. Tapi dari track-track yang lo kasih denger tadi, kayaknya faktanya gak seperti itu.
Marcel : Dari luar, hasilnya gue rasa mungkin akan kedengeran sedikit lebih minimalis. Tapi iya, banyak sekali overdubs dan punch-in leads di setiap lagu yang lebih, for lack of better word ?dewasa?. Kita lebih familiar sama studio dan arasemen yang dibutuhin sebuah lagu. Kapan cukup itu cukup. Maksud gue, di Apologia, kadang ada sepuluh gitar di satu lagu, mono pula! Malah akhirnya semua frekuensi tabrakan dan kedengarannya tipis.
Lo udah bisa kasihtau lagu-lagu yang bakal ada di album baru lo?
Marcel : Bisa. Tapi beberapa masih working title. Alibi, Fallen (Japanese ? red), So they took him home and killed him, ummm?, Kyoto, Idol semen, Tokyo Mutherfucker, She was nice-she was a murderer. Ada beberapa lagi, tapi gue lagi gak inget. Oh! Take care inamorata!
Bisa kasih sedikit deskripsi gak tentang lagu-lagunya?
Marcel : ?Scarlett? ngingetin gue sama adegan-adegan film tua yang dibuat di Italia dengan karakter-karakter yang namanya Pablo atau siapa. Ada sedikit line pianika di bagian intro yang gue suka. Fallen Japanese ngingetin gue sama adegan cinta Toshio Mifune (Salah satu actor legendaris Jepang ? red) di Seven Samurai?ada koir di bagian depan yang makan waktu lama banget. Alibi, lagu minor mayor slow. Kyoto, ada sedikit unsur, uhhh? garage?? Disitu chorusnya stakkato gitu, kayak big band musik 50-an. Ada juga ?Fin?, yang bisa dibilang agak berbau the Fall, ?Nemesis? juga kayak gitu. Mungkin nuansa agak off kilter-nya?tuningnya juga agak aneh di dua lagu itu, DADGAD.
Kayak Jumpin Jack flash?
Marcel : Bukan, itu kan open G!
Oh iya! (ketawa). Lo udah nentuin lagu yang mana yang bakal jadi single?
Marcel : Belum. Kalo sekarang kita liat, semuanya bisa jadi single (ketawa). Tapi enggak, gue rasa, berdasarkan reaksi orang-orang yang udah denger, Fallen Japanese atau Alibi.
Udah banyak juga yang tau Fallen Japanese, pinter juga, semacam test market?
Marcel : Iya, tapi gak cukup banyak! (ketawa)
Jadi sekarang formasi lo juga udah berubah. Ada efeknya gak ama lagu-lagu ini?
Marcel : Banget. Iman (Fattah, gitaris Lain, Zeke and the popo, dll) masuk pas kita udah kelar take rhythm track, tapi langsung dia bisa masukin banyak banget nuansa baru. Pianika di Scarlett, dia yang maen. synth, noise gitar di Take care (inamorata) juga dia. Banyak juga harmoni vokal yang dia tambahin. Kalo Reni baru masuk agak belakangan, jadi kita udah kelar take, tapi sekarang gue lagi kontemplasi mau take ulang bagian bass-bassnya.
Kalo bisa di wrap up, apa aja yang ngebuat album ini?
Marcel : Substance gitu maksud lo? Smile-nya Brian Wilson, Hank Williams, Bonnie prince Billy, Revolver-nya Beatles, Bee Thousand-nya Guided By Voices, Johny Cash, Ledbelly, old country and folk shit.
Jadi apa Januari 2005 itu worst case scenario, atau bisa lebih cepat?
Marcel : Gak tau, kita liat aja. There?s no rush. Yang penting sekali keluar hasilnya udah maksimal. Selain itu, gue gak peduli.
>ABOUT THE TRAVELING FREAKSHOW
Gue denger akan ada tour dalam kota di Jakarta tuh. bakal kayak gimana tournya nanti? dimana ajah?
Marcel : Bukan bener-bener ?tur? sih, lebih ke our version of a freakshow. Namanya Sajama Cut’s Traveling Freakshow. Mulainya sekitar Oktober, di beberapa kafe-kafe di Jakarta. Kita bakal ditemenin sekitar 4 atau 5 band lain.
Kalo misalnya tournya ga rame, antisipasi kalian gimana?
Marcel : Yah, paling lihat sebabnya, kenapa kurang animo-nya blabla..trus coba perbaiki di acara berikutnya.
Lagi dengerin apa aja sekarang?
Marcel : Bonnie Prince Billy, Indonesian Idol, Seringai, Guided by Voices, Hank Williams, Johnny Cash, Coltrane.
denger denger Guided By Voices bubar yah? Sedih donk.
Marcel : Sedih banget, ngentot lu ngingetin.
kapan tour ke kota kota lainnya?
Marcel : Kalo gak salah tur Aksara (kompilasi JKT:SKRG – ed), sekitar Desember?bakal tur keluar kota juga kayaknya. Kalo Bandung sekitar Oktober.
Sajama cut dibeberapa review media terkadang disebut sebagai ’emo’ . pendapat kalian sendiri?
Marcel : Wow..iya dong, kita emo melebihi Chris aye Carambabi, ataupun Jimmy yang makan dunia, Rainer Maria, atau bahkan Rites of Spring! Setiap lagu kita tentang cinta kampus yang tak terbalas. Meeting band selalu dipenuhi dengan sesi isakan tangis dan curahan hati, atau lebih dikenal sebagai ‘curhat’ antar anggota band. Goddamn. Hiks.
lirik lirik yang kalian buat sangat erat berhubungan dengan Agatha Christie. apa yang membuat kamu bergitu tergila gila dengan Agatha Christie?
Marcel : Ada sesuatu yang sangat seru dengan misteri whodunit? damn, 10 orang terdampar di rumah kuno dengan setting tahun 1940-an dan satu-satu mati terbunuh?wow!
buatlah daftar 18 judul lagu paling keren yang pernah loe baca.
Marcel :
1. Goldheart Mountain Top Queen Directory
2. Tractor Rape Chain
3. Lying Down on the Ground of an airplane going down
4. Don?t think twice, it?s alright
5. American English
6. And evening of long goodbyes
7. A good flying bird
8. Prayer to God
9. Take you on a cruise
10. Long gone lonesome blues
11. I see a darkness
12. Another day full of dread
13. Saffron?s curse
14. To remake a young flyer
15. Buzzards and dreadful crows
16. Redeemer = mutherfucker
17. Cosi Fan Tutti
18 Piano concerto in A minor III
siapa aja yang pengen loe ajak kolaborasi baik didalam rekaman maupun panggung.. manca negara maupun lokal.
Marcel : The Rachel’s, Dylan, Zeke and the Popo, dan the Sastro.
cuts
Marcel : Read ‘Perfume’ by Patrick Suskind.
Review
Sajama Cut
The Osaka Journal
Universal Music Indonesia
8.2
Satu lagi band yang berasal dari scene indie ditarik oleh major label, menunjukkan bahwa scene indie semakin menunjukkan daya jualnya di mata para pelaku bisnis rekaman mainstream.
Dengan formula nada nada melodius dan kedalaman lirik ala band band Country Folk konvensional dimainkan dengan sedikit keagresifan elektrik musik rock. Lebih mudahnya coba bayangkan sedikit tentang kolaborasi antara Simon And Garfunkel dengan Velvet Underground era awal misalnya “alibi” dan “nemesis/murder”, atau R.E.M. dengan Hank Williams misalnya pada lagu “Scarlett/ paramour” yang menggunakan line bass cacthy dan lagu “Season Finale” . Atau mungkin coba bayangkan Bob Dylan dengan Sebadoh atau Guided By Voices pada track penutup “fin”
Menghasilkan nuansa musik yang cenderung baru dan berkesan lebih dewasa dari musik indie pop/indie rock lokal kebanyakan.
Lirik lirik yang dalam dan personal sebagian besar bercerita mengenai cinta, tanpa perlu menjadi sajak sajak cinta pasaran yang melankolis. Tapi cenderung jujur dan cerdas terlihat dari penggunaan kosa kata dan tata bahasa inggris yang sangat baik,
11 lagu, termasuk lagu Fallen Japanese yang terkenal karena intro choir “a a a a” nya yang melodius, dan Less Afraid sebagai bonus track yang juga salah satu single dari kompilasi JkT Skrg dan soundtrack Janji Joni.
(Jack Harris)
Deathrockstar adalah media independen yang mendokumentasikan dan merekomendasikan musik independen asoi dari Indonesia sejak 2002.
Kami memerlukan dukungan untuk terus menjalankan aktifitas kami.
Dukung kami dengan beberapa cara.
Saweria
Merch resmi:
Merch dan Thrift Store (Musik, Buku, Merch & Toys)
Selain itu kamu juga bisa Subscribe Newsletter ini dan bantu menyebarkan musik lebih luas.
Terima kasih.