Burung-burung bernyanyi
Lumba-lumba menari-nari
Mengikuti ombak yang dilalui
Kita mencari ikan
Jangan rusak terumbu karang
Uh la la
Lirik ini dinyanyikan oleh Olski, band indie-pop asal Jogja, di tengah padatnya penikmat musik yang turut bergoyang mengikuti arahan Febrina Claudya, sang vokalis, yang dengan luwes menyanyikan lagu tentang pentingnya menjaga kelestarian terumbu karang. Kegiatan bernyanyi dan bergoyang ini berlangsung dalam rangka gigs Mic Check oleh 7 Sleepers Coffee di District, Jl. Birah, Jakarta Selatan.
Selain Olski, tampil juga band power pop Monday Manda dan band rock n’ roll berlirik bahasa Madura, Lorjhu. Lagu-lagu Monday Manda banyak bercerita mengenai suka duka kaum pekerja kantoran. Sementara lirik Lorjhu tidak saya pahami karena menggunakan bahasa Madura. Namun, musiknya keren dan sangat asyik dinikmati di gigs yang intim seperti kemarin. Mengenai lirik, setelah membaca beberapa artikel, saya menangkap bahwa lirik Lorjhu banyak bercerita mengenai hubungan antara manusia dengan Tuhan dalam konteks dan filosofi Madura. Mereka menggunakan berbagai cerita, mulai dari mengubur kucing sampai fenomena alam.
Setelah band-band tersebut menuntaskan panggung, kami menyempatkan untuk ngobrol-ngobrol mengenai berbagai hal, seperti peran lingkungan keseharian terhadap karya sampai lirik. Saya berpendapat kalau keseharian itu akan mempengaruhi musik dan lirik, misalnya saya yakin musik Monday Manda yang distorsinya ringan dan lirik yang beberapa kali menyebut soal ‘melawan hari’ atau optimisme menghadapi kemarau itu karena penulis lirik setiap hari harus menempuh jarak yang lumayan dari rumah ke tempat kerja.
Diafirmasi oleh Imanuel Andreas sebagai penulis lirik. Rumah dan lokasi tempat kerjanya memerlukan waktu tempuh yang lumayan panjang karena padatnya lalu lintas. Lirik-lirik di lagunya memang sering bercerita tentang pengalaman hidup dimana jalan yang padat kendaraan bermotor adalah bagian yang cukup signifikan.
Sementara lirik lagu dari Olski biasanya bercerita tentang cinta, dengan setting menikmati suasana yang indah dan cerah di pinggir kota dengan udara sejuk. Tentunya cerita dan tema akan berbeda jika mereka tinggal di Bintaro dan harus bekerja di Mangga Dua, misalnya.
“Kami mencoba menceritakan tentang bagaimana serunya pergi ke pantai dengan berlayar mencari ikan. Lagu ini juga memberi pesan terhadap kita semua, tentang jangan membuang sampah di laut, menjaga kebersihan alam dan jangan sampai merusak terumbu karang.” Kata Olski mengenai lagu “Berlayar” yang liriknya kami kutip di awal artikel. (dikutip dari situs Pamityangan.)
Dari cerita di atas saya menangkap kalau lirik biasanya adalah curahan dan pesan dari penulis lirik dalam menangkap berbagai cerita dan kegelisahan yang terjadi di dalam diri atau di sekitarnya.
Kemudian saya berpikir:
apakah penting untuk sebuah lagu untuk memberi pesan?
Yang mau gue capai itu sepele: gue pengen bikin musik yang bikin orang mikir, "shit lah! kudu gerak ini gue capek despairing mulu" Soalnya itu yang gue rasain beberapa tahun belakangan.
Dengan menulis tentang itu, hopefully gue bisa konek dgn mereka yg ngerasain hal yg sama.
- Tomo Hartono, pernah menjadi vokalis Rekah.
Dalam cuitan di X tersebut, Tomo Hartono berbagi mengenai pesan yang ingin disampaikan dan harapan akan lirik-lirik yang dia tulis untuk bandnya.
Dalam sebuah pesan singkat, gue menanyakan apa tujuan dari lagu “Ceriakan Dunia” yang baru saja dirilis oleh Franki Indrasmoro.
Dunia semakin gila. Gue harus menangkap keceriaan orang-orang di antara kegelisahan mereka.
Dengan kata lain, Franki Indrasmoro alias Pepeng ingin pendengarnya untuk mengetahui kalau masih ada keceriaan di dunia ini, terutama kalau kita menemukan orang yang berharga bagi kita. Tidak tanggung-tanggung, ia benar-benar menggunakan kata "ceria" dalam beberapa baris lirik lagu tersebut.
Lihat duniaku yang kini penuh warna
Berhiaskan cinta di relung hati kita
Kau yang s'lalu membuatku (ceria)
Kau yang s'lalu membuatku ceria (ceria)
Kau selalu membuatku (ceria)
Kau yang s'lalu membuatku ceria (ceria)
Ceria (ceria)
Lagu ini dirilis sebagai single pertama proyek solo Pepeng sebagai Franki Indrasmoro. Sebelumnya, ia terlibat dalam proyek musik yang seakan ingin ‘berjarak’ dengan Naif (1995-2021). Lagu ini menunjukkan bahwa Pepeng tidak perlu gimmick dan konsep macam-macam, cukup membuat lagu yang jujur dan nyaman, serta menyampaikan pesan yang diinginkan, seperti pesan untuk ceria dalam lagu ini.
Banyak musisi ingin lirik mereka bisa menyampaikan pesan secara jujur mengenai apa yang mereka rasakan atau pikirkan.
Candra Megah @disastrousmen di X bilang:
Sebagai musisi, yang ingin dicapai adalah pesannya bisa tersampaikan ke pendengar.Gue menghindari adalah terlalu berbelit-belit & kelewat ga jelas, baik dari segi alur dan diksi yg digunakan.
Candra Megah sendiri adalah seorang musisi yang telah merilis beberapa single via berbagai layanan streaming.
@fueledbyrames alias Rizkan, penggiat media, record label dan personil band juga juga mengatakan hal yang kurang lebih mirip.
Gak jauh-jauh sebenarnya
Mau bikin lirik yg gampang diingat
At least buat saya pribadi
Di lain kesempatan, Iqbaal Ramadhan, yang menggunakan alias Baale untuk proyek musiknya, menyebutkan bahwa ia merasa lirik di lagu ‘Masihkah Ada’ adalah sebuah pencapaian karena dianggap paling jujur. Lagu ini adalah lagu tersembunyi di album perdana Baale, *Fortuna*. Sebuah lagu akustik yang salah satu bagian liriknya berbunyi,
"... kalau waktuku sudah di ujung takdir, masihkah ada kamu?..."
Lagu ini tampaknya mencurahkan pikiran Baale mengenai ketulusan dalam relasi. Apakah mereka yang memberi perhatian kepadamu di saat kamu sedang bersinar itu masih akan ada di saat kamu sedang jatuh?
Lirik sekuat ini ada di track tersembunyi di album *Fortuna*, mungkin karena memang tidak mudah untuk jujur mencurahkan hati.
Dari beberapa masukan, bagi musisi adalah penting untuk dapat menyampaikan pesan dan menceritakan rasa yang mereka temukan. Hal ini dijelaskan dengan singkat dan padat lewat balasan dari Yogi Natasukma @soundofyogi seorang sound engineer yang telah bekerja sama dengan musisi dan komposer dari berbagai latar belakang.
Lirik itu emosinya ambigu namun makna literalnya jelas
Musik itu makna literalnya ambigu, namun secara emosi dia definitif
Komposer yang bagus mengetahui kegunaan musik dan kegunaan lirik karena they both serve different aspect dari narasi si lagu.
Dari sini, saya rasa kita sepakat bahwa lirik adalah cara untuk menyampaikan pesan yang literal. Walaupun sering kali musisi bermain dengan makna tersirat, seperti Jason Ranti, Marcel Thee, atau Alm. Ade Paloh, lirik tetap menjadi salah satu elemen penting dalam menyampaikan pesan serta berperan signifikan dalam membentuk karakter suatu lagu dan bahkan citra band atau musisi.
Lirik lagu berperan dalam membentuk karakter suatu lagu dan bahkan citra band atau musisi.
Band Perunggu, misalnya, mengangkat kegelisahan kelas menengah pekerja kantoran dalam lirik-lirik mereka. Lirik-lirik tersebut sangat mengena di hati ribuan pekerja kelas menengah di Indonesia, yang kemudian membantu membentuk citra band tersebut secara keseluruhan. Mereka sendiri adalah kaum pekerja kantoran yang sering kali manggung di festival langsung setelah jam kerja selesai, sehingga sering terlihat menggunakan batik kantoran di atas panggung—baik sebagai bagian dari image maupun karena memang baru pulang kerja.
Band ini akan mengadakan serangkaian pertunjukkan dari bulan Juni hingga Agustus di beberapa kota. Pada 9 Juni di Kota Solo, Tangerang pada 16 Juni, Bogor pada 30 Juni, Solo pada 7 Juli, dan berakhir di Kota Malang pada 4 Agustus 2024. Rangkaian ini diberi judul “Besok Hari Senin Tour,” dengan semua pertunjukkan diadakan pada hari Minggu karena hari Senin mereka harus bekerja (kecuali jika bertepatan dengan tanggal merah).
Dari berbagai obrolan ini, saya menyimpulkan bahwa penulisan lirik sangat penting bagi musisi. Baik untuk menyampaikan pesan secara tersirat maupun tersurat, penulisan lirik juga membentuk karakter dan citra band atau musisi tersebut.
Lirik yang jujur dan berkomunikasi dengan baik adalah sebuah pencapaian tersendiri. Menjadi anthem bagi pendengarnya dan memperkuat karakter musisi/band adalah pencapaian di level berikutnya. Oleh karena itu, penting bagi sebuah band untuk memiliki penulis lirik yang andal.
Pentingnya seorang penulis lirik dalam sebuah band ini pernah menjadi bahasan antara saya dan seorang manajer band kawakan. Menurut beliau, penulis lirik yang baik adalah salah satu motor penggerak band. Ia telah menyaksikan berbagai band jatuh karena kehilangan penulis lirik, dan bangkit lagi karena menemukan penulis lirik yang hebat atau kembalinya si penulis lirik.
Contohnya adalah Ada Band. Saat Baim keluar, saya berpikir band ini akan kesulitan karena saat itu Baim adalah ikon mereka. Namun vokalis mereka berikutnya, Donnie adalah penulis lirik ulung. Formasi itu malah semakin berkibar. Lalu ada Peter Pan, yang kemudian menjadi Noah, bersinar karena Ariel adalah penulis lagu yang juga ulung. Salah satu contoh yang selalu disebut juga adalah Ahmad Dhani dengan Dewa. Mau siapapun vokalisnya, beliau adalah penulis dan komposer ulung pada masanya sehingga Dewa punya album-album yang brilian.
Berkaca dari sini, ini juga salah satu alasan Sore bisa terus bertahan walaupun berpisah dengan beberapa personelnya. Karena semua personel dapat menyanyi dan menulis lirik, meskipun kita akan tetap merindukan lirik dan vokal khas almarhum Ade Paloh. Namun demikian, band ini akan tetap bisa terus berkarya walau tinggal sisa berdua.
Namun tidak semua bisa menulis lirik yang bagus.
Karena memang tidak mudah untuk menangkap rasa dan menuliskan lirik.
Dalam konteks ingin mengirimkan pesan dan cerita ke penduduk Indonesia, maka salah satunya dengan menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa yang sulit-sulit gampang dalam penulisan lirik, karena walaupun tiap hari menggunakan bahasa Indonesia, kita tidak banyak terpapar literatur berbahasa Indonesia.
Sampai beberapa tahun lalu, masih banyak band yang mengatakan, “Saya mau go internasional, makanya pakai lirik bahasa Inggris,” atau baru-baru ini ada artis yang berpendapat bahwa kosa kata bahasa Indonesia itu terbatas. Namun, rupanya dalam beberapa tahun belakangan ini, beberapa band Indonesia yang mendapatkan pengakuan di mancanegara justru menggunakan lirik berbahasa Indonesia.
Mengenai masalah kosa kata, saya rasa artis tersebut terbiasa membaca dan berpikir dalam bahasa Inggris, sehingga kesulitan mencari padanan kata dalam bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan oleh perbedaan dalam pembentukan bahasa Indonesia dibandingkan dengan bahasa Inggris. Ia hanya perlu lebih banyak membaca buku, cerpen, artikel, puisi, dan lirik-lirik berbahasa Indonesia untuk bisa memahami bahwa kosa kata dalam bahasa Indonesia itu sangat kaya. Saat ini, band-band berbahasa Indonesia dengan lirik berbahasa Indonesia dalam berbagai gaya dan variasi sudah lebih banyak.
Jika ingin menulis lirik berbahasa Indonesia yang baik, saran yang sering diberikan oleh para penulis lirik piawai adalah dengan banyak membaca buku, cerpen, artikel, puisi, dan lirik-lirik berbahasa Indonesia. Kemudian, belajar melatih rasa untuk menangkap kegelisahan ataupun aspirasi yang bisa dituangkan dalam tulisan.
Melatih rasa bisa dilakukan dengan observasi. Misalnya, saat melihat kemacetan, coba perhatikan ada detail apa di sana? Iwan Fals bisa menemukan bocah kecil yang bertarung dengan waktu. Kamu mungkin bisa menemukan hal lain dengan observasi.
Di sebuah kesempatan, teman saya menyebutkan bahwa alm. Sapardi Djoko Damono itu jenius. Beliau bisa membuat puisi hanya dari melihat tissue robek. Sudah pasti itu karena beliau rajin mengasah rasa, imajinasi, dan menulis. Selain itu, observasi ke dalam diri juga bisa dilakukan untuk menemukan pikiran dan perasaan yang bisa dituangkan ke dalam lirik.
Latih juga membaca lirik-lirik tersebut sebelum resmi menjadi lagu. Periksa apakah lirik tersebut enak dinyanyikan dan cocok dengan karakter vokal. Misalnya, seorang teman saya kesulitan menyebut huruf 'R', maka tantangannya adalah menulis lirik yang tidak perlu menggunakan huruf 'R'.
Selanjutnya, banyak berdiskusi dan bertukar pikiran dengan penulis lirik lain. Setiap orang memiliki trik masing-masing. Salah satu trik yang saya ingat adalah trik Otong Koil. Dalam sebuah kesempatan lokakarya, ia membagikan salah satu proses kreatifnya.
Ia menuliskan lirik yang terinspirasi headline berita dan menurutnya akan menggetarkan satu stadion jika dinyanyikan.
Dibaca berulang-ulang dan direvisi sampai terasa pas.
Contohnya seperti ‘Sistem Kepemilikan’.
…Ini negara bodoh yang sangat aku bela
Layaknya kekasih yang tercinta
Tiap jengkal aku mendaki terasa hampa
Sebetulnya apa yang kita miliki, tak ada …
Tidak menunggu lama setelah lagu ini dirilis, kalimat “...Negara Bodoh yang Sangat Aku Bela…” menjadi semacam slogan di masa itu.
Dalam menulis lirik, kita kadang menemukan kata-kata yang lugas dan mudah dipahami sementara beberapa band justru senang bermain-main dengan bahasa. Membuat lirik lagu mereka memiliki makna yang tidak mudah dipahami.
“Langit tak seharusnya biru
Putih tak seharusnya cahaya
Ramalan dan mesin waktu
Seratus kata aku percaya, aku percaya”
"Langit Tak Seharusnya Biru" dari The Jansen adalah salah satu contoh lirik dengan makna yang tersirat. Baik lirik yang lugas maupun tersirat, atau bahkan nirmakna, semuanya memiliki tantangan masing-masing. Tinggal bagaimana kenyamanan dan kejujuran penulis dalam mengekspresikan dirinya.
Jadi, mulai banyak membaca, berdiskusi, belajar observasi, melatih rasa dan panca indra dan mulai menulis lirik yang sesuai dan jujur.
Di akhir artikel ini, saya juga ingin menambahkan kalau saya juga suka band-band yang tidak saya paham bahasa liriknya atau bahkan tidak berlirik. Kemungkinan besar karena transfer emosi lewat aransemennya tepat kena di sasaran. Tapi itu adalah aspek berbeda, yang memerlukan bahasan tersendiri.
Eric Wirjanata
Jakarta.
Deathrockstar adalah media independen yang pelan tapi pasti mendokumentasikan dan merekomendasikan musik independen asoi dari Indonesia.
Dukung kami dengan
Dukung mulai dari Rp.5000,- di Saweria
Merch resmi:
Merch dan Thrift Store (Musik, Buku, Merch & Toys)
Selain itu kamu juga bisa Subscribe Newsletter ini dan bantu menyebarkan musik lebih luas.
Terima kasih.